PMI Riwayatmu Kini
Palang Merah Indonesia (PMI), mendengar namanya, mungkin selama ini lembaga kemanusiaan yang satu ini identik dengan darah. Ketika Anda ataupun kerabat membutuhkan darah, yang terpikir pertama kali cara untuk mendapatkan pasokan darah pastilah PMI. Iya, PMI selama ini memang identik dengan kegiatan donor darah, baik itu yang membutuhkan ataupun yang mendonorkan darah pastilah semua melalui PMI.
Palang Merah Indonesia yang tidak hanya identik dengan donor darah (foto : dokumen PMI) |
Namun belakangan pelan-pelan image PMI berubah menjadi Lembaga Kemanusiaan yang memberikan bantuan sukarela baik berupa medis, tenaga sukarelawan yang terjun langsung ke medan bencana untuk membantu korban bencana alam. Kiprah PMI melalui para sukarelawannya di lapangan perlahan-lahan mulai mendapatkan tempat di hati masyarakat. Para Sukarelawan PMI terlihat bahu membahu dengan aparat terkait lainnya ketika ada musibah terjadi di Indonesia. Bahkan di beberapa kesempatan, Sukarelawan PMI menjadi garis terdepan dalam penanganan bencana seperti saat bencana Tsunami Aceh pada tahun 2004 lalu.
Saat itu sukarelawan PMI menjadi bala bantuan yang pertama masuk ke Aceh untuk menolong para korban bencana tsunami. Mereka terjun langsung dengan menolong korban selamat dan mendirikan posko-posko kemanusiaan untuk membantu mereka yang selamat dari terjangan dahsyat tsunami. Lewat Ketua Umumnya, Bapak Jusuf Kalla, PMI menjadi lembaga kemanusiaan yang mendapat simpatik masyarakat Indonesia berkat perannya dalam salah satu bencana terhebat yang pernah dialami negeri ini.
Bicara mengenai sukarelawan, PMI sudah memulai perekrutan dari tingkat paling dasar yakni dengan membentuk PMR MULA setingkat SD lalu ada PMR MADYA setingkat SMP dan PMR WIRA setingkat SMA. Selain itu, belakangan PMI juga memiliki program Corporate Volunteers yang merupakan relawan yang terlahir dari kalangan tenaga professional perusahaan. Program ini memberikan wadah baru kepada perusahaan dan tenaga professional untuk berpartisipasi dalam misi kemanusiaan PMI. Corporate Volunteers tergabung dalam Tenaga Suka Rela (TSR) PMI yang difokuskan pada kontribusi keahlian dan keterampiln masing – masing individu yang langsung dapat di aplikasikan dalam kondisi bencana maupun normal.
Mba Rofi dari PMI saat memperkenalkan program sukarelawan PMI |
Dalam sebuah presentasi di Sarasehan Tau Dari Blogger (TDB) bersama PMI yang saya
ikuti, Rofi dari PMI mengulas mengenai
Relawan yang ada di PMI. PMI memiliki beberapa tingkatan relawan mulai dari
relawan tingkat Mula, Madya, Wira, Sukarela hingga TSR yang berisi
profesional-profesional dari berbagai profesi. Rofi menjelaskan relawan PMI tidak hanya
melulu mengenai donor darah namun juga membantu setiap kegiatan PMI sehari-hari
termasuk juga membantu PMI saat ada bencana alam. “Relawan-relawan PMI ini
memiliki latar belakang profesi yang berbeda mulai dari IT, arsitek, dokter
hingga jurnalis. Mereka membantu PMI sesuai dengan bidang dan keahlian yang
dimiliki” ungkap Rofi.
PMI
memiliki beberapa tingkatan relawan mulai dari relawan tingkat Mula, Madya,
Wira, Sukarela hingga TSR yang berisi profesional-profesional dari berbagai
profesi. Rofi menjelaskan relawan PMI
tidak hanya melulu mengenai donor darah namun juga membantu setiap kegiatan PMI
sehari-hari termasuk juga membantu PMI saat ada bencana alam. “Relawan-relawan
PMI ini memiliki latar belakang profesi yang berbeda mulai dari IT, arsitek,
dokter hingga jurnalis. Mereka membantu PMI sesuai dengan bidang dan keahlian
yang dimiliki” ungkap Rofi.
Peranan para sukarelawan di PMI salah satunya ikut langsung berkontribusi dalam bencana |
Rofi juga menjelaskan, sebelum menjadi relawan, para calon
relawan PMI ini akan diberi materi pembekalan.
Relawan-relawan PMI akan memiliki bekal kemampuan yang sesuai dengan
prosedur yang ada di PMI. Ketika suatu saat terjadi bencana alam, mereka diharapkan siap
diterjunkan ke medan bencana untuk membantu korban bencana alam. “ Siapa saja
bisa menjadi relawan PMI. Syaratnya pun mudah, hanya mengisi data diri dalam
formulir calon relawan dan nanti relawan-relawan ini akan dibekali ID Card
Relawan PMI” ungkap Rofi.
Tidak hanya relawan, Pada tahun 2013 – 2014 PMI melakukan
penelitian pemetaan kerentanan iklim daerah aliran sungai Ciliwung. Hasilnya,
April kemarin PMI melakukan peluncuran infografis dan video grafis hasil
penelitian di Wisma PMI Jakarta.
Dalam melakukan
penelitian ini, PMI tidak sendiri melainkan bekerjasama dengan Institut
Teknologi Bandung serta mendapat dukungan dari Palang Merah Amerika. Riset di sini
meliputi kerentanan, kebencanaan, kerentanan iklim, dan kapasitas adaptif yang terjadi di Wilayah Daerah
Aliran Sungai (DAS) Ciliwung. Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Harian Palang
Merah Indonesia, Ginanjar Kartasasmita, mengungkapkan, PMI tidak bisa bekerja
sendiri dalam mengatasi masalah bencana yang terjadi di Indonesia, untuk itu
PMI menggandeng pihak-pihak terkait yang dapat membantu mengatasi masalah
bencana di Indonesia. Sementara, Kepala perwakilan Palang Merah Amerika di
Indonesia, Tom Alcedo, dalam
sambutannya, lebih menyoroti mengenai pentingnya koordinasi dan komunikasi
antar pemangku kepentingan.
Peluncuran Infografis dan Videografis oleh PMI pada bulan April lalu |
Tidak hanya meluncurkan infografis dan videografis, dalam
acara itu PMI juga mengadakan diskusi yang menghadirkan Dr. Armi Susandi dari
ITB, Pengamat tata Kota, Yayat Supriatna, dan Kadiv Penanggulangan Bencana PMI
Pusat, Arifin Muhamad Hadi. Dalam diskusi, pengamat tata ruang perkotaan, Yayat
Supriatna, mengungkapkan agar kota-kota di sekitar Jakarta untuk memperbaiki
tata ruang agar tidak mengalami bencana. “Banjir di Pondok Gede Permai, Bekasi,
kemarin menjadi bukti ada yang salah pada tata ruang di daerah aliran sungai
Cikeas” ungkap Yayat yang menyoroti musibah banjir yang baru saja terjadi
akibat jebolnya tanggul Sungai Cikeas tersebut.
Sementara Arifin lebih menyoroti program-program yang sudah dilakukan
PMI selama ini. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan untuk masyrakat dalam rangka
penanggulangan banjir serta membuat lubang-lubang biopori di wilayah Bogor.
“PMI memiliki concern untuk membantu masyarakat agar memiliki inisiatif untuk
mengatasi bencana di wilayahnya” ungkap Arifin.
Ginanjar Kartasasmita memberikan sambutan |
Tidak hanya sekedar melakukan peluncuran infografis dan
videografis, PMI juga mengadakan kegiatan susur sungai DAS Ciliwung di dua
wilayah. Untuk wilayah Bogor, Jalur yang diambil mulai dari Desa Sukahati.
Karadenan, Pondok Rajek, Kedung Waringin. Sementara untuk wilayah Jakarta
Utara, jalur yang diambil mulai dari Kelurahan Ancol, Penjaringan, dan
Pademangan. Acara ini selain diikuti
oleh relawan PMI, juga ada blogger, dan masyarakat sekitar yang ikut terlibat.
Melihat kebelakang, sejarah Lahirnya Palang
Merah Indonesia dimulai pada 21 Oktober 1873 saat pemerintah colonial Belanda
mendirikan organisasi Palang
Merah di Indonesia dengan nama Het
Nederland-Indiche Rode Kruis (NIRK) yang kemudian namannya
menjadi Nederlands Rode Kruiz Afdelinbg
Indie (NERKAI). Selanjutnya pada 1932 timbul semangat untuk mendirikan
Palang Merah Indonesia (PMI) yang dipelopori oleh dr. RCL. Senduk dan Bahder
Djohan. Kemudian, proposal pendirian diajukan pada kongres NERKAI (1940), namun
ditolak. Pada saat penjajahan Jepang, proposal itu kembali diajukan, namun
tetap ditolak.
Tahun demi tahun
berganti, pada 3 September 1945 Presiden Soekarno
memerintahkan kepada Menteri Kesehatan dr. Buntaran Martoatmodjo untuk
membentuk suatu Badan Palang Merah Nasional untuk menunjukan kepada dunia
internasional bahwa keberadaan Negara Indonesia adalah suatu fakta nyata
setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Pada tahun 1950, PMI terus melakukan pemberian bantuan
hingga akhirnya Pemerintah Republik Indonesia Serikat mengeluarkan Keppres No.
25 tanggal 16 Januari 1950 dan dikuatkan engan Keppres No. 246 tanggal 29
November 1963. Pemerintah Indonesia mengakui keberadaan PMI.
Adapun tugas utama PMI berdasarkan
Keppres RIS No. 25 tahun 1950 dan Keppres RI No. 246 tahun 1963 adalah untuk
memberikan bantuan pertama pada korban bencana alam dan korban perang sesuai
dengan isi Konvensi Jenewa 1949.
Pada tahun 1950, secara Internasional,
keberadaan PMI diakui oleh Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pada 15
Juni 1950. Setelah itu, PMI diterima menjadi anggota Perhimpunan Nasional ke-68
oleh Liga Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Liga) yang sekarang
disebut Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah
(IFRC) pada Oktober 1950.
Tahun berganti dan jaman pun berubah,
namun PMI tetap menjadi lembaga kemanusiaan yang memiliki komitmen untuk
membantu korban bencana alam di belahan bumi nusantara. Saat ini, PMI telah
berdiri di 33 Provinsi, 371 Kabupaten/Kota dan 2.654 Kecamatan (data per-Maret
2010). PMI mempunyai hampir 1,5 juta sukarelawan yang siap melakukan pelayanan.
Maju terus PMI, tetaplah menjadi yang
terdepan menjadi lembaga kemanusiaan yang bergerak dengan penuh militansi
melalui sukarelawan-sukarelawan yang bekerja tanpa pamrih di manapun dan untuk
siapa pun.
Foto-foto : dokumen pribadi dan PMI
Foto-foto : dokumen pribadi dan PMI
wah dah punya kartu anggota dong yaaa :D
BalasHapusmanstaapppp